Ads 468x60px

http://1.bp.blogspot.com/-demV6HQYNk4/TvGGVRQEw-I/AAAAAAAAG4U/b8JeSzAPYDA/s1600/GoDaddy_banner_468x60.gif

Sabtu, 15 Mei 2010

Benarkah 8 dari 10 Lelaki Berselingkuh?

Dimanapun kaum lelaki berada, akan memiliki kecenderungan rentan terhadap perselingkuhan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa 6 hingga 8 dari 10 lelaki di dunia ternyata pernah melakukan hubungan seks dengan perempuan bukan istrinya.

Meski selingkuh dianggap sebagai perbuatan keliru, bukan berarti mereka yang semula mengganggap selingkuh sebagai perbuatan cela, pada akhirnya justru menjadikan “obat” dari persoalan pribadi dan rumah tangga masing-masing.

Penelitian lain menunjukkan, faktor utama perselingkuhan dari kaum lelaki adalah “kelebihan” uang di saku. Sementara, bagi kaum perempuan, perselingkuhan merupakan balas dendam karena pasangan lelaki yang lebih dulu melakukan tindak perselingkuhan.

Memang banyak penelitian yang menunjukkan sebagian besar lelaki menganggap monogami sangat penting dan selingkuh adalah perbuatan salah. Tapi pada kenyataannya, beberapa penelitian lain membuktikan 60-80 persen lelaki pernah melakukan hubungan seks dengan perempuan yang bukan istrinya. Karena itu, tidak ada hubungan antara anggapan kebanyakan lelaki tentang pentingnya monogami dengan perilaku selingkuh.

Hal ini menandakan bahwa banyak lelaki yang tidak pernah selingkuh atau berpikir mereka akan terlibat perselingkuhan, tapi akhirnya selingkuh juga. Sehingga para pakar menyimpulkan sebagian besar lelaki memang cenderung rentan terhadap perselingkuhan. Para pakar seks dan keluarga mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi “kekuatan” lelaki untuk selingkuh.

Pertama, faktor finansial yang positif. Artinya, saat mereka memiliki uang secara berlebihan dari kebutuhan standar menurut mereka, maka jalan pelariannya adalah pemuasan seks. Hal ini bisa berwujud perempuan simpanan atau melakukan hubungan seks dengan perempuan pekerja seks komersial.

Kedua, faktor dari dalam yang menarik mereka untuk selingkuh. Daya tarik lawan jenis yang bisa berbentuk sensualitas, persahabatan dan rasa kagum, rasa ingin tahu, tantangan, gairah, atau rasa cinta, merupakan faktor mendorong perbuatan selingkuh.

Termasuk faktor pendorong dari dalam adalah keinginan melepaskan diri dari hubungan rumah tangga yang tidak harmonis, rasa jenuh, keinginan mengisi kekosongan dalam perkawinan, kebutuhan untuk diperhatikan atau kebutuhan untuk membuktikan daya tariknya.

Ketiga adalah faktor sosial budaya. Seperti pengaruh media yang membesar-besarkan masalah selingkuh, film-film yang mendramatissasi hubungan gelap, penggambaran perempuan sebagai objek seks dalam iklan, pendapat dalam masyarakat yang menyebabkan tidak terbukanya komunikasi tentang masalah seksual dengan pasangannya dan sebagainya.

Mungkin timbul pemikiran dalam benak anda, apakah perselingkukan bisa dicegah? Tentu saja jawabannya bisa ya dan tidak. Menurut para pakar, satu-satunya cara mencegah perselingkuhan adalah dengan membina rasa saling percaya dan kejujuran dalam perkawinan.

Langkah pertamanya adalah dengan menyadari ketertarikan suami kepada perempuan selain anda. Komitmen ini tidak mudah digapai. Tetapi jika terwujud, akan menjamin tidak akan terjadi perselingkuhan.

Atmosfir kejujuran dan rasa saling percaya bisa diciptakan dan harus secara bersama-sama. Proses mendiskusikan masalah ketertarikan suami kepada perempuan lain dengan istrinya justru akan mengurangi kemungkinan ia bertindak lebih jauh.

Melalui diskusi, suami bisa melihat potensi masalah yang akan ditimbulkan hubungan gelapnya. Sedangkan rasa tertarik yang dipendam hanya akan membuat suami melihat potensi kenikmatan bila hubungan gelap tersebut berlanjut.

Dari hubungan gelap ini, bisa saja lelaki rela melepaskan sang istri tapi bisa juga ia mempertahankannya. Berdasarkan penelitian, lelaki yang mencampakkan istrinya dan menikahi kekasih gelapnya memberikan hasil yang saling berlawanan. Tetapi penelitian juga menunjukkan bahwa 769 pasangan menikah dari 10.000 responden yang pernah berselingkuh ternyata tetap mempertahankan keutuhan rumahtangganya.

Tapi penelitian yang lain dengan topik yang sama dan waktu berbeda, akan menunjukkan 75 persen pernikahan bubar gara-gara suaminya pernah selingkuh. Penelitian terbaru dengan pendekatan yang sedikit berbeda dapat disimpulkan bahwa lelaki yang menceraikan istrinya untuk menikahi pasangan selingkuhnya jumlahnya tidak sampai 10 persen. Dari penelitian tersebut juga diketahui bahwa 75 persen dari mereka akan mengalami perceraian kembali.

Dari hasil-hasil penelitian tersebut bisa disimpulkan bahwa perselingkuhan suami bisa saja berujung pada perceraian, tetapi kecil kemungkinannya suami yang selingkuh akan meninggalkan istrinya untuk dapat menikahi pasangan barunya. Perceraian biasanya terjadi karena perselingkuhan tersebut tidak bisa ditoleransi sang istri, sehingga “suhu politik” dalam rumah memanas. Jadi perceraian bukan satu-satunya pilihan yang paling masuk akal. So, mau pertahankan istri tercinta atau pasangan selingkuhan, itu terserah anda yang menjalaninya. p2t

Tidak ada komentar:

Posting Komentar